Dulu, persis sebelum resign dari sebuah bank, seorang teman entah sengaja atau tidak memberikan saya wejangan yang sangat berarti. Dia bilang; minuman soda kalengan dengan isi yang sama bisa berbeda harga bergantung tempatnya, di warung eceran bisa hanya sekian ribu rupiah, namun bila disajikan di hotel dengan es batu saja bisa puluhan ribu. Nilai dan kemasan sangat berpengaruh.
Saat itu dia mau bilang, di mana kita berkarier itu menentukan nilai kita sebagai karyawan. Bisa jadi ada benarnya, sama-sama karyawan bank dengan tugas dan fungsi yang relatif sama misalnya, akan memperoleh numerasi yang berbeda bergantung pada perusahaan yang membayarnya. Apa yang membedakannya? Menurut pandangan kami tak lain dan tak bukan adalah masalah kemasan.
Lalu, bagaimana jika yang dinilai adalah produk atau jasa dari seorang entrepreneur? Sebelum itu mari kita sharing dulu apa itu nilai dari sebuah produk atau jasa.
Nilai Sebuah Produk
Seorang Warren Buffet pernah mengatakan;
Harga adalah sesuatu yang harus dibayar, sedangkan nilai adalah sesuatu yang diperoleh.
Menjadi jelas bukan? Nilai adalah sesuatu yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga. Setidaknya dalam pandangan kami, harga selalu harus bisa ditentukan nominalnya, sedangkan nilai selalu terkesan ekstrinsik, tidak bisa dideskripsikan dengan nominal.
Jadi, bagaimana menentukan nilai dari sebuah produk atau jasa? Banyak produk mahal harganya tapi nilainya tidak seperti harganya, tidak sedikit pula produk yang harganya terjangkau namun memiliki nilai lebih besar dari harga yang dibayar.
Nilai dari sebuah produk menurut kami selalu berawal dari kemampuannya memberikan solusi bagi para pengguna atau pelanggan. Sebagaimana sharing kami sebelumnya, seorang entrepreneur sebaiknya memulai usaha dengan pemikiran memberikan solusi. Sehingga dengan demikian produk dan/atau jasa yang ditawarkan akan memiliki nilai tersendiri bagi para penggunanya. Dan, pada akhirnya berapapun harga yang dibanderol untuk produk atau jasa tersebut menjadi terjangkau karena selalu lebih rendah dari nilai yang diperoleh pelanggan atasnya.
Berikutnya setelah nilai itu tersampaikan, maka akan lebih mudah bagi seorang entrepreneur untuk menciptakan kesetiaan pelanggan (customer loyalty). Dan, pada gilirannya, kesetiaan pelanggan ini menjadi penambah nilai atas produk kita di saat mulai bermunculan produk-produk serupa yang menawarkan nilai dasar yang sama.
Ambil saja contoh produk smartphone, boleh dikatakan bahwa hampir semua smartphone saat ini memiliki fitur yang sama (tentunya pada kelas yang sama ya). Mereka hanya membedakan lokasi tombol dan navigasi operasionalnya untuk melakukan tugas yang sama. Tapi kenapa harganya bisa berbeda? Bahkan jauh berbeda?
Kemasan Sebuah Produk
Jawabannya tentu beragam, namun pada kasus smartphone sepertinya nilai produk menjadi lebih rumit karena kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan produsen. Dalam hal ini, nilai tidak lagi hanya berkisar pada produk, tapi juga pada perusahaan. Seorang pengguna iPhone bisa jadi sudah menyadari bahwa semua fitur yang ada telah tersedia di produk Samsung yang setara, namun kesetiaannya pada produsen Apple bisa jadi faktor penentu pemenang persaingan kedua produk tersebut.
Pada akhirnya, perusahaan akan seperti wadah besar. Dan apa yang keluar darinya menentukan nilai perusahaan tersebut. Bisa jadi apa yang dikeluarkan teko emas dan jug plastik sama-sama air putih, tapi nilai bagi orang yang diberi minum akan jauh berbeda. Pada konteks inilah kemudian kemasan mengambil peranan lebih dalam menentukan nilai.
Jadi, sudah jelas kan kapan Nilai lebih penting dan kapan Kemasan lebih penting?
Nah apakah nilai dan kemasan kalian sudah sesuai?
3 komentar