
Sebagaimana disebutkan dalam pengantar seri tulisan Manajemen Keuangan dan Akuntansi untuk Startups ini, Neraca adalah ‘gambaran’ langsung dari aktiva yang digunakan oleh perusahaan dan dana yang berkaitan dengan aktiva tersebut.
Lebih jauh lagi, dengan neraca ini berarti kita tahu persis kondisi awal dari usaha kita, dan darinya visi dapat dengan lebih mudah ditetapkan; ingin seperti apa kondisi usaha kita beberapa periode ke depan. Karena sudah jamak kita dapati bahwa para pengusaha pemula justru tidak perduli dengan laporan keuangan satu ini (kalo bukan laporan keuangan secara keseluruhan), kemudian bicara mengenai visi usahanya ke depan, terdengar aneh bukan?
Neraca, timbangan antara aktiva dan pasiva
Perumpamaan paling saya suka dari seorang dosen sewaktu kuliah adalah bahwa dengan mengenal neraca, kita jadi tidak melihat seseorang terlalu kaya, kita juga tidak akan merasa sombong. Koq bisa? Karena neraca menguliti secara gamblang apa yang menjadi milik sebuah unit usaha dan dari mana asalnya.
Secara sederhana, informasi di neraca itu hanya ada 2 (dua) : aktiva/harta dan pasiva/kewajiban perusahaan. Kolom aktiva hanya berisi daftar nilai-nilai yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan kolom pasiva menunjukkan daftar jumlah yang terutang oleh perusahaan kepada pihak lain, termasuk kepada pemilik perusahaan.
Disini jelas terlihat bahwa perusahaan adalah entitas yang terpisah dari pemiliknya, oleh karenanya, istilah pasiva juga meliputi jumlah yang terutang dari perusahaan kepada para pemilik perusahaan.
Contoh sederhananya, kalo kamu baru membuka usaha cucian mobil dan bermodalkan seperangkat alat cuci mobil senilai 10jt di garasi rumah, maka neraca akan menunjukkannya sebagai berikut:
Sedikit lebih detail, dari dua kolom diatas kita bagi menjadi lima sub kolom untuk klasifikasi beberapa bagian dari neraca sbb;
Aktiva akan dibagi menjadi dua (2) kategori yaitu Aktiva Lancar (AL) dan Aktiva Tetap (AT). Sedangkan Pasiva akan dibagi menjadi tiga (3) kategori yaitu Kewajiban Lancar (KL); Kewajiban Jangka Panjang (KJP); dan Dana Pemilik (DP). Yang perlu selalu diingat adalah; total kedua sisi haruslah selalu sama; Total Aktiva (AL+AT) = Total Kewajiban (KL+KJP+DP). Karena, setiap harta pasti ada sumber dananya. Sebagaimana di kehidupan pribadi kita, apapun yang kita miliki akan selalu dapat dijelaskan sumber dananya; apakah dari tabungan kita, apakah pemberian pihak ketiga, atau bahkan dari sumber pinjaman.
Aktiva
Aktiva Lancar (AL) berisi :
- Inventaris atau persediaan barang dagangan
- Piutang usaha; jumlah yang harus dibayar pelanggan yang timbul dari transaksi bisnis non-tunai
- Kas dan bank
- Lain-lain; semua aktiva jangka pendek lainnya seperti pembayaran awal kepada pemasok, dll.
Aktiva Tetap (AT) berisi :
- Aktiva tak berwujud (intangible); misalnya lisensi, paten, atau goodwill (reputasi)
- Aktiva tetap netto; tanah, bangunan, pabrik, peralatan produksi, dan peralatan lainnya, setelah dikurangi depresiasi nilainya.
- Investasi jangka panjang; meliputi investasi perusahaan di unit usaha lainnya, yang tidak memiliki konsekuensi konsolidasi laporan keuangan secara menyeluruh.
Pertanyaan yang selalu muncul terkait aktiva adalah penilaiannya. Apakah akan dinilai sebesar harga perolehannya, atau harga pasarnya. Penilaian ini biasanya harus tetap mengacu pada biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Yang pasti, kita harus memahami bahwa angka yang tercantum dalam neraca tidak selalu mencerminkan nilai perusahaan atau aktiva tertentu.
Pasiva
Kewajiban Lancar (KL) memiliki hubungan paralel dengan Aktiva Lancar (AL), seperti; utang usaha mengimbangi piutang usaha, kas dan pinjaman jangka pendek yang mencerminkan posisi kas operasional harian perusahaan. Hubungan-hubungan ini akan kita bahas dalam seri-seri berikutnya.
Kewajiban Jangka Panjang (KJP) meliputi pinjaman-pinjaman dan kewajiban-kewajiban perusahaan kepada pihak selain pemilik yang jatuh tempo pelunasannya lebih dari satu tahun.
Dana Pemilik (DP) merupakan klasifikasi paling menyenangkan. Disinilah klaim pemilik terhadap perusahaan dapat dilihat dan dibuktikan. Dalam hal perusahaan yang sudah go-public, klasifikasi ini meliputi banyak nama yang sangat membingungkan bagi para pemula, namun yang patut dijadikan patokan adalah untuk selalu mengingat nilai total dari kotak DP tersebut, bukan rinciannya yang membingungkan. Telebih bagi para startups, cukup untuk selalu mengingat bahwa pada kolom DP inilah klaim kita atas usaha yang kita bangun dituangkan.
Semoga perkenalan dengan neraca ini cukup membekali kita para startups untuk bisa lebih ‘membumikan’ visi usaha kedalam cantuman angka-angka dalam laporan keuangan statis ini. Akhirnya saya berharap bahwa para startups dari latar belakang apapun bisa memenuhi ungkapan berikut ini:
“Kedengarannya luar biasa, tapi faktanya adalah neraca bisa menjadi bahan bacaan yang sangat menarik.” (Mary Archer : 1989)
2 komentar