
Agak susah memang menterjemahkan secara akurat makna dari Income Statement. Kalau diterjemahkan per kata bisa disebut sebagai laporan pernyataan pendapatan (the statement of income), namun publik dan institusi akuntansi menterjemahkannya sebagai laporan rugi laba (statement of gains or losses).
Dalam konteks pemahaman awam, laporan ini secara singkat bisa menunjukkan kepada pembacanya berapa pendapatan yang diakui dan berapa biaya yang terjadi selama satu periode waktu tertentu, sehingga dari penjumlahan kedua unsur tersebut diperoleh kondisi laba atau rugi sebuah unit usaha di periode tersebut.
Sebagai acuan, laporan laba-rugi ini adalah semacam jembatan penghubung antara dua neraca di dua titik ujung periode yang berbeda. Seperti dapat dilihat dalam ilustrasi berikut:
Neraca sebagaimana kita bahas sebelumnya adalah dokumen statis yang menunjukkan posisi aktiva dan pasiva dalam satu titik. Dan, seiring berjalannya waktu, aktiva dan pasiva tersebut akan bertambah atau berkurang jumlahnya dengan adanya pendapatan dan/atau biaya yang terjadi dalam operasional usaha. Penggunaan aktiva akan menimbulkan biaya sehingga mengurangi nilainya, namun juga penggunaan sumber daya itu dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan yang merupakan penambah laba periode berjalan yang menjadi penyeimbang di sisi pasiva (Dana Pemilik).
Jumlah pendapatan yang diakui
Umumnya, total pendapatan adalah seluruh nilai faktur yang sudah diterbitkan/ditagihkan pada periode tersebut. Sehingga, dari pemahaman ini akan lebih dapat dimengerti bahwa penerimaan kas pada periode ini untuk kontrak selama 3 tahun ke depan bukanlah seluruhnya pendapatan pada periode berjalan. Jadi perlu digaris-bawahi bahwa waktu diakuinya pendapatan TIDAK SELALU SAMA DENGAN waktu diterimanya kas.
Jumlah biaya yang diakui
Sebagaimana pendapatan, pengakuan biaya tidak selamanya identik dengan jumlah kas yang dikeluarkan pada periode berjalan. Dalam hal ini ada dua aturan terkait prinsip matching dalam akuntansi:
- Biaya diakui terkait pendapatan yang diakui pada periode yang sama. Misalnya, pengakuan atas harga pokok penjualan sebuah barang yang sebelumnya berupa persediaan, harus diakui pada saat pendapatan atas barang tersebut diakui (pada saat tagihan atas penjualannya diterbitkan).
- Biaya diakui terkait periode waktu laporan. Misalnya, biaya gaji karyawan pada periode berjalan harus diakui meskipun mungkin belum dibayarkan karena cut-off pembayaran gaji berbeda dengan tanggal laporan, dan karenanya biaya gaji diakui dengan kontra hutang gaji.
Meskipun kedua aturan tersebut telah ditaati, permasalahan pengakuan biaya terkadang masih menimbulkan kebingungan. Misalnya pengakuan mengenai seberapa besar nilai penyusutan sebuah mesin diakui, atau pengakuan biaya riset dan pengembangan dalam periode berjalan. Permasalahan ini sangat bergantung dari asumsi-asumsi yang dipergunakan oleh manajemen. Untuk itu penting untuk juga membaca beberapa asumsi yang berlaku terkait akuntansi sebuah perusahaan sebelum menganalisanya lebih lanjut.
Laba dan arus kas
Kebingungan seringkali dialami oleh manajemen dengan background non-akuntansi mengenai laba, semuanya tentu tak lepas dari ketidakpahaman mengenai asumsi pengakuan pendapatan dan biaya sebagaimana kita coba bahas pada poin-poin sebelumnya, keduanya kemudian bermuara pada perbedaan pemahaman mengenai laba oleh akuntansi dan laba oleh manajemen yang diasumsikan sama dengan nilai kas bersih yang dipegang perusahaan. Secara sederhana, perbedaan antara laba dan arus kas menjadi penyebabnya.
Laporan laba-rugi itu sendiri tidak ada kaitannya dengan arus kas, yang kemudian disusun dalam laporan terpisah. Sebagai contoh, upah pegawai yang belum dikeluarkan kas-nya harus sudah diakui sebagai biaya, sementara pembayaran kepada pemasok untuk barang yang belum terkirim dan/atau belum dipergunakan belum bisa diakui sebagai biaya.
Akhirnya, masalah penentuan waktu merupakan hal yang sangat penting. Setelah menentukan jumlah biaya dan pendapatan yang sebenarnya, kita harus mengalokasikan keduanya dalam periode waktu yang tepat.
Istilah-istilah laba
Dalam rilis Standar Akuntansi Keuangan Per 1 April 2002 oleh IAI, Laporan Laba Rugi Perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan Laba Rugi setidaknya mencakup pos-pos berikut:
(a) pendapatan
(b) laba rugi usaha
(c) beban pinjaman
(d) bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
(e) beban pajak
(f) laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
(g) pos luar biasa
(h) hak minoritas, dan
(i) laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
Setidaknya ada 4 (empat) jenis laba dalam sebuah laporan laba/rugi.
Laba yang pertama adalah laba operasional, yang merupakan hasil penjumlahan seluruh pendapatan dikurangi dengan seluruh biaya operasional. Karena laba ini dihasilkan oleh peran seluruh aktiva dalam bisnis, maka laba ini kemudian akan didistribusikan kepada penyedia aktiva, dan karenanya kemudian laba ini disebut juga sebagai laba sebelum bunga dan pajak (EBIT = Earnings Before Interest and Tax).
Pihak pertama yang memiliki klaim atas EBIT adalah pemberi pinjaman dalam bentuk bunga. Oleh karena itu setelah pembagian pertama ini maka laba selanjutnya disebut laba sebelum pajak (EBT = Earning Before Tax).
Selanjutnya merupakan hak pemerintah sebagai pihak yang berjasa dalam menyediakan sarana dan prasarana publik yang mendukung operasional usaha, sehingga karenanya kita harus membayarkan pajak kepada pemerintah. Oleh karena itu, kemudian laba selanjutnya disebut laba setelah pajak (EAT = Earning After Tax).
Pihak terakhir yang memiliki hak bagian atas laba adalah pemilik usaha, dalam hal ini pembagiannya dalam bentuk dividen atau bagi hasil. Karenanya kemudian laba setelah dikurangi dividen disebut juga laba ditahan (RE = Retained Earning).
Ak sangat setuju…ide dan cara ini
Terima kasih mas Roby, ditunggu juga saran dan inputannya untuk kami. Mari Teleportasikan Manfaatnya.