Kamu pecinta atau malah kolektor batu akik? Atau bisa jadi hanya sekedar penonton hingar bingar fenomena gemstone yang beberapa waktu belakangan ini mendunia? Apapun posisi kamu akan fenomena yang sempat diasumsikan sebagai the next monkey business ini, nyatanya ini terjadi di sekitar kita.
Seorang teman yang merasa aneh melihat hebohnya batu akik di Cirebon, tiba-tiba harus terkaget – kaget saat di telpon anaknya yang di Makassar dan minta oleh-oleh batu akik amparan Cirebon pada saat dia mudik nanti!? Seorang lagi partner di idcaster malah harus menahan shock saat anaknya yang masih duduk di bangku SD mendadak merengek minta dibelikan cincin batu bacan?! Inilah kenyataannya, kita berada kembali di jaman batu, hehehe.
Faktanya adalah, seingat kami sebelum ini pun, batu akik pernah menjadi aksesoris pria Indonesia di jaman dahulu. Tentu, lengkap dengan segala klenik dan hal-hal mistis lain yang menyertainya.
Tapi, yang akan kami bagi dalam sesi #storyday kali ini bukan perihal mistisme dan klenik batu akik. Dari sisi entrepreneurship, bagaimanapun juga ini adalah fenomena yang patut diperhitungkan sebagai peluang bisnis. Bahkan, seorang Presiden SBY pun nyata-nyata mendukung pengrajin lokal batu akik untuk menjadikannya produk lokal yang unggul dan mampu bersaing secara regional bahkan global.
Ada Apa dengan Batu Akik?
Menurut kami, anggapan dan kesan bahwa komiditas dengan nilai mencengangkan ini akan menjadi sekedar monkey business atau justru menjadi salah satu produk andalan ekonomi kreatif, tergantung bagaimana para pelaku di dalamnya memberi nilai terhadap batu akik. Apakah mereka sekedar menaikkan harga batu akik dengan pamor dan pernik mistisnya, atau mampu berkreasi lebih dengan komoditas batu akik dan/atau komoditas lokal lainnya sehingga mampu menjadi the next creative business. Berikut ceritanya.
Seorang sahabat yang berprofesi sebagai interior designer mengaku terpapar secara positif fenomena batu akik ini. Background-nya sebagai interior designer yang banyak bersinggungan dengan banyak karya seni menjadikannya designer dengan arah produk gabungan antara teknologi dan karya seni. Menjadikan produk-produk karyanya unik dan bernilai tinggi, dalam bahasa dia; “produk yang susah bikinnya, tapi gampang jualnya”.
Awalnya dia sedang banyak bekerja dengan desain kursi dan stool dari kayu, tepatnya kayu jati tua, kayu favoritnya. Sebenarnya menghadapi kondisi kayu jati tua dengan beberapa bagian tengah yang bolong akibat lapuk bukan hal baru lagi, tapi saat stool yang sudah fix designed harus bobol tengahnya karena lapuk, dan di saat yang sama diseputaran kantornya banyak pengikir batu akik yang berisik hingga larut malam, memantik ide segar dibenaknya. Ide untuk menggabungkan eksotisme antara kayu jati dengan isian kristal dan pecahan batu akik di sisi lapuknya. Dan, untuk memberi efek menyala, dia pasang lampu LED dengan daya dari baterai di sisi bawahnya.
Satu-satunya fase yang membutuhkan proses R&D lama adalah bagaimana membungkus kedua bahan tersebut menjadi satu. Akhirnya dia temukan komposisi yang tepat dengan menggunakan resin dalam racikan tertentu. Jadilah produk kursi jati akik seindah ini. Untuk efek menyala, dapat dilihak pada video youtube berikut.
Nah, sebagaimana jargon dia untuk setiap produknya, benar saja bahwa produk ini masuk dalam kategori susah dibuat tapi gampang dijual. Bayangkan saja, untuk produk stool yang awalnya dia patok Rp 3,5jt sudah banyak yang antri dengan tawaran harga sampai Rp 5jt, sudah seperti lelang !!!. Inilah efek batu akik, dibalut eksotisme kayu jati tua kebanggaan Indonesia, dan teknologi resin yang menjadi rahasia teman saya dari d’Alinëa ini. Bagi pecinta akik, inilah salah satu contoh memberi nilai untuk barang kecintaan kita, kebanggaan Indonesia.
Mari buat batu akik naik kelas, menjadi produk yang unik dan bernilai jual tinggi.